Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi yang labil, memiliki pantai terpanjang di dunia. Lempeng bumi yang labil disisi barat Sumatra, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utara melalui Nusa Tenggara, Maluku dan diteruskan ke Sulawesi. Lempeng bumi yang labil ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam yang memungkinkan terjadinya tsunami. Potensi tersebut menjadi lebih besar lagi karena sebagian besar pusat gempa tektonik terletak di bawah dasar laut dalam yang posisinya relatif dekat dengan pantai terutama barat Sumatra dan pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.
Sejak tahun 1990 tercatat sebanyak sepuluh kali tsunami yang terjadi di pantai-pantai Indonesia. Di Indonesia peristiwa tsunami yang terjadi di Maumere, Flores (Desember 1992), kemudian di Halmahera (Januari 1994), dan banyuwangi (Juni 1994) yang merusak beberapa desa pantai dan dengan korban lebih dari 100 orang. Jarak antar peristiwa tersebut sangat dekat dimana kemudian pada 16 Februari 1994 terjadi kembali tsunami di pantai tenggara Provinsi Lampung.
Kedahsyatan bencana yang diakibatkan oleh tsunami disebabkan oleh adanya gempa pada bawah dasar laut akibat gempa tektonik letusan gunung Krakatau (1883) yang menewaskan lebih dari 36.000 orang (Wiegel & Rosenblueth, 1971: Dowrick, 1987) dan kedahsyatan disebabkan pusat gempa tektonik di bawah dasar laut dalam yang berpotensi sangat besar terjadi di Indonesia dan di dunia. Tsunami yang terjadi di penghujung tahun 2004 di Aceh dan Sumatera Utara akibat gempa tektonik dengan pusat gempa dibawah dasar laut di barat pulau Sumatra dengan magnitude gempa sangat besar 8,9 skala richter dengan korban meninggal puluhan ribu orang dapat dikatakan bencana terbesar kedua yang terjadi di Indonesia setelah tsunami akibat letusan gunung Krakatau.
Gempa bumi yang diikuti oleh gelombang air laut yang sangat besar atau tsunami yang melanda sejumlah wilayah pantai di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara (Sumut), Minggu pagi (26/12/2004) menunjukkan bahwa Indonesia memang negara yang rawan tsunami.
Kementrian Riset dan Teknologi (Ristek) menyebutkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan bencana gempa karena merupakan daerah tektonik aktif tempat berinteraksinya Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Carolina/Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina. Karena itu dengan sendirinya kepulauan Indonesia juga merupakan daerah rawan bencana tsunami.
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), gempa bumi yang terjadi di Indonesia Minggu (26/12/04) sekitar pukul 07.59 WIB berkekuatan 6,8 pada skala righter (SR) dengan pusat gempa berada di 2,9 Lintang Utara - 95,6 Bujur Timur dan kedalaman 20 kilometer di laut kurang lebih 149 km Selatan Meulaboh. Survei Geologi AS menyatakan, gempa bumi yang terjadi di sebelah barat pulau Sumatra itu berkekuatan 8,9 SR.
Tsunami menurut Kementrian Ristek, merupakan gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi atau letusan gunungapi atau longsoran di dasar laut, namun sebagian besar atau 90 % tsunami disebabkan oleh gempa bumi. Tsunami menjalar dengan kecepatan mencapai sekitar 700-1000 km/jam di laut dalam, kemudian melemah menjadi sekitar 50 km/jam saat mendekati garis pantai.
Tinggi gelombang tsunami maksimum sekitar 1-2 meter di laut dalam, dan membesar sampai puluhan meter saat mendekati garis pantai, sedangkan tinggi tsunami yang mencapai garis pantai (run up) ditentukan oleh besar kecilnya magnitudo gempa, morfologi dasar pantai dan bentuk garis pantai. Pada pantai landai dan berlekuk seperti teluk dan muara sungai, run up mencapai tinggi maksimum.
Dalam kasus tsunami yang menerjang wilayah Banyuwangi di Jawa Timur pada 1994, tinggi "run up" di Teluk Pancer mencapai 14 meter dengan menelan korban sekitar 200 orang, sedangkan pada kasus tsunami Biak 1996 "run up" di Teluk Korim mencapai 12 meter dan menelan korban sekitar 100 orang.
Dalam 100 tahun terakhir pada periode 1901-2000 tidak kurang dari 75 tsunami terjadi di Indonesia. Sebanyak 85 % bencana tsunami itu atau 64 peristiwa terjadi di wilayah timur Indonesia. Bencana tsunami itu menyebabkan ribuan korban manusia, diantaranya adalah tsunami Flores 1992 (korban 2.100 orang), Banyuwangi 1994 (korban 238 orang), dan Biak 1996 (korban 160 orang).
Sejak tahun 1965 hingga 2000, Tsunami telah melanda sejumlah daerah di Indonesia yakni Seram, Maluku (1965); Tinambung, Sulawesi (1967); Tambu, Sulawesi (1968); Majene, Sulawesi (1969); Sumba (1977); Larantuka (1982); Flores (1992); Banyuwangi (1994); Palu (1996); Biak (1996); Taliabu, Maluku (1998); dan Banggai (2000).
Kementrian Ristek mengatakan, sejumlah program untuk mengurangi akibat (mitigasi) bencana tsunami sudah dilakukan di Indonesia. Program yang baik, katanya, setidaknya didukung oleh riset komprehensif tentang tsunami, sistem pemantau gempa, sistem peringatan dini tsunami, pengembangan peta zona tsunami, pengembangan teknologi proteksi pantai dan sosialisasi pada masyarakat. Namun, diakui bahwa masih banyak hal yang perlu ditingkatkan agar program tersebut memperoleh hasil yang maksimal.
Gelombang tsunami diperkirakan paling banyak menelan korban jiwa. setidaknya seperti yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, serta beberapa negara Asia seperti Sri Lanka, India dan Thailand beberapa waktu yang lalu yang menelan korban ratusan ribu juwa. Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Indonesia tidak hanya itu saja. sebelumnya peristiwa serupa juga pernah terjadi berkali-kali dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
Gelombang tsunami yang menelan korban paling banyak dilaporkan pada saat terjadi peristiwa letusan gunung krakatau tahu 1883. saat itu diperkirakan 36 ribu jiwa meninggal akibat letusan gunung yang mengakibatkan terjadinya ombak setinggi bangunan 12 tingkat. Ombak akibat letusan gunung yang terletak di Selat Sunda itu mencapai sekitar 120 km dari pusat letusan.
Pasca meletusnya Krakatau, setidaknya sejak periode 19000-1996, telah terjadi 17 kali bencana tsunami besar di indonesia. Lima belas diantaranya terjadi di kawasan timur indonesia, yang memang dikenal sebagai daerah seismotektonik aktif dan kompleks. Tsunami tersebut diakibatkan oleh aktifitas kegempaan yang terdapat pada zona-zona seismotektonik aktif seperti zona subduksi, zona bukaan, dan zona sesar yang tersebar di hampir seluruh kepulauan di indonesia.
Gelombang besar tsunami yang juga menelan korban yang tidak sedikit terjadi pada 19 agustus 1977 di daerah Sumba. Dalam peristiwa tersebut sekitar 189 nyawa melayang. Kemudian peristiwa serupa terjadi di Flores 12 desember 1992 yang mengakibatkan 2.100 jiwa menjadi korban. Peristiwa tumpahnya air laut yang melanda kawasan banyuwangi jawa timur pada 3 juni 1994 menelan korban tewas hingga 208 orang.
Lima bencana tsunami (Banda 1938, Sigli 1967, Bandanaira 1975, Sumba 1977, dan Banyuwangi 1994) itu diakibatkan aktivitas zonan subduksi Sunda-Banda yang terletak memanjang dari kepulauan Andaman sampai ke laut Banda.
Aktifitas zona sesar naik yang terletak memanjang dari utara Bali sampai ke Alor menghasilkan tiga tsunami di Ende 1908, Larantuka 1982, dan Flores 1992. Tsunami-tsunami yang terjadi di Tinambung 1967, Sulteng 1968, Majene 1969 dan Mamuju 1984 diakibatkan aktifitas zona bukaan yang terletak di Selat Makassar.
Aktifitas zona sesar Palu-Koro dan sesar Sorong yang melalui Palu, utara Pulau Buru sampai ke selatan Biak telah mengakibatkan empat bencana tsunami yang terjadi di Teluk Tomini 1938, Sana Maluku 1965, Sanana Maluku 1975 dan Toli-toli 1996. Sementara itu tsunami yang terjadi baru-baru ini Biak, diperkirakan akibat aktivitas sesar Sorong atau subduksi lempeng Carolina.
Bencana tsunami yang terjadi di Indonesia diakibatkan gempa-gempa dangkal dan kuat yang terjadi di dasar laut. Gempa-gempa tersebut mempunyai kedalaman bervariasi antara 13 sampai 95 km, magnitudo 5,9 sampai 7,5 SR, intensitas gempa antara VII sampai IX dalam skala MMI (Mo-dified Mercalli Intensity) dan jenis pensesaran gempa yang dominan adalah sesar naik.
Tinggi gelombang tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4-24 m dengan magnitudo tsunami berkisar antara 1,5-4,5 dalam skala Imamura. Sementara itu, jangkauan gelombang tsunami ke daratan berkisar antara 50-200 m dari garis pantai
source: www.acehdisaster.blogspot.com
Sejak tahun 1990 tercatat sebanyak sepuluh kali tsunami yang terjadi di pantai-pantai Indonesia. Di Indonesia peristiwa tsunami yang terjadi di Maumere, Flores (Desember 1992), kemudian di Halmahera (Januari 1994), dan banyuwangi (Juni 1994) yang merusak beberapa desa pantai dan dengan korban lebih dari 100 orang. Jarak antar peristiwa tersebut sangat dekat dimana kemudian pada 16 Februari 1994 terjadi kembali tsunami di pantai tenggara Provinsi Lampung.
Kedahsyatan bencana yang diakibatkan oleh tsunami disebabkan oleh adanya gempa pada bawah dasar laut akibat gempa tektonik letusan gunung Krakatau (1883) yang menewaskan lebih dari 36.000 orang (Wiegel & Rosenblueth, 1971: Dowrick, 1987) dan kedahsyatan disebabkan pusat gempa tektonik di bawah dasar laut dalam yang berpotensi sangat besar terjadi di Indonesia dan di dunia. Tsunami yang terjadi di penghujung tahun 2004 di Aceh dan Sumatera Utara akibat gempa tektonik dengan pusat gempa dibawah dasar laut di barat pulau Sumatra dengan magnitude gempa sangat besar 8,9 skala richter dengan korban meninggal puluhan ribu orang dapat dikatakan bencana terbesar kedua yang terjadi di Indonesia setelah tsunami akibat letusan gunung Krakatau.
Gempa bumi yang diikuti oleh gelombang air laut yang sangat besar atau tsunami yang melanda sejumlah wilayah pantai di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatra Utara (Sumut), Minggu pagi (26/12/2004) menunjukkan bahwa Indonesia memang negara yang rawan tsunami.
Kementrian Riset dan Teknologi (Ristek) menyebutkan bahwa kepulauan Indonesia merupakan daerah rawan bencana gempa karena merupakan daerah tektonik aktif tempat berinteraksinya Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Carolina/Pasifik, dan Lempeng Laut Filipina. Karena itu dengan sendirinya kepulauan Indonesia juga merupakan daerah rawan bencana tsunami.
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), gempa bumi yang terjadi di Indonesia Minggu (26/12/04) sekitar pukul 07.59 WIB berkekuatan 6,8 pada skala righter (SR) dengan pusat gempa berada di 2,9 Lintang Utara - 95,6 Bujur Timur dan kedalaman 20 kilometer di laut kurang lebih 149 km Selatan Meulaboh. Survei Geologi AS menyatakan, gempa bumi yang terjadi di sebelah barat pulau Sumatra itu berkekuatan 8,9 SR.
Tsunami menurut Kementrian Ristek, merupakan gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi atau letusan gunungapi atau longsoran di dasar laut, namun sebagian besar atau 90 % tsunami disebabkan oleh gempa bumi. Tsunami menjalar dengan kecepatan mencapai sekitar 700-1000 km/jam di laut dalam, kemudian melemah menjadi sekitar 50 km/jam saat mendekati garis pantai.
Tinggi gelombang tsunami maksimum sekitar 1-2 meter di laut dalam, dan membesar sampai puluhan meter saat mendekati garis pantai, sedangkan tinggi tsunami yang mencapai garis pantai (run up) ditentukan oleh besar kecilnya magnitudo gempa, morfologi dasar pantai dan bentuk garis pantai. Pada pantai landai dan berlekuk seperti teluk dan muara sungai, run up mencapai tinggi maksimum.
Dalam kasus tsunami yang menerjang wilayah Banyuwangi di Jawa Timur pada 1994, tinggi "run up" di Teluk Pancer mencapai 14 meter dengan menelan korban sekitar 200 orang, sedangkan pada kasus tsunami Biak 1996 "run up" di Teluk Korim mencapai 12 meter dan menelan korban sekitar 100 orang.
Dalam 100 tahun terakhir pada periode 1901-2000 tidak kurang dari 75 tsunami terjadi di Indonesia. Sebanyak 85 % bencana tsunami itu atau 64 peristiwa terjadi di wilayah timur Indonesia. Bencana tsunami itu menyebabkan ribuan korban manusia, diantaranya adalah tsunami Flores 1992 (korban 2.100 orang), Banyuwangi 1994 (korban 238 orang), dan Biak 1996 (korban 160 orang).
Sejak tahun 1965 hingga 2000, Tsunami telah melanda sejumlah daerah di Indonesia yakni Seram, Maluku (1965); Tinambung, Sulawesi (1967); Tambu, Sulawesi (1968); Majene, Sulawesi (1969); Sumba (1977); Larantuka (1982); Flores (1992); Banyuwangi (1994); Palu (1996); Biak (1996); Taliabu, Maluku (1998); dan Banggai (2000).
Kementrian Ristek mengatakan, sejumlah program untuk mengurangi akibat (mitigasi) bencana tsunami sudah dilakukan di Indonesia. Program yang baik, katanya, setidaknya didukung oleh riset komprehensif tentang tsunami, sistem pemantau gempa, sistem peringatan dini tsunami, pengembangan peta zona tsunami, pengembangan teknologi proteksi pantai dan sosialisasi pada masyarakat. Namun, diakui bahwa masih banyak hal yang perlu ditingkatkan agar program tersebut memperoleh hasil yang maksimal.
Gelombang tsunami diperkirakan paling banyak menelan korban jiwa. setidaknya seperti yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, serta beberapa negara Asia seperti Sri Lanka, India dan Thailand beberapa waktu yang lalu yang menelan korban ratusan ribu juwa. Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Indonesia tidak hanya itu saja. sebelumnya peristiwa serupa juga pernah terjadi berkali-kali dan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
Gelombang tsunami yang menelan korban paling banyak dilaporkan pada saat terjadi peristiwa letusan gunung krakatau tahu 1883. saat itu diperkirakan 36 ribu jiwa meninggal akibat letusan gunung yang mengakibatkan terjadinya ombak setinggi bangunan 12 tingkat. Ombak akibat letusan gunung yang terletak di Selat Sunda itu mencapai sekitar 120 km dari pusat letusan.
Pasca meletusnya Krakatau, setidaknya sejak periode 19000-1996, telah terjadi 17 kali bencana tsunami besar di indonesia. Lima belas diantaranya terjadi di kawasan timur indonesia, yang memang dikenal sebagai daerah seismotektonik aktif dan kompleks. Tsunami tersebut diakibatkan oleh aktifitas kegempaan yang terdapat pada zona-zona seismotektonik aktif seperti zona subduksi, zona bukaan, dan zona sesar yang tersebar di hampir seluruh kepulauan di indonesia.
Gelombang besar tsunami yang juga menelan korban yang tidak sedikit terjadi pada 19 agustus 1977 di daerah Sumba. Dalam peristiwa tersebut sekitar 189 nyawa melayang. Kemudian peristiwa serupa terjadi di Flores 12 desember 1992 yang mengakibatkan 2.100 jiwa menjadi korban. Peristiwa tumpahnya air laut yang melanda kawasan banyuwangi jawa timur pada 3 juni 1994 menelan korban tewas hingga 208 orang.
Lima bencana tsunami (Banda 1938, Sigli 1967, Bandanaira 1975, Sumba 1977, dan Banyuwangi 1994) itu diakibatkan aktivitas zonan subduksi Sunda-Banda yang terletak memanjang dari kepulauan Andaman sampai ke laut Banda.
Aktifitas zona sesar naik yang terletak memanjang dari utara Bali sampai ke Alor menghasilkan tiga tsunami di Ende 1908, Larantuka 1982, dan Flores 1992. Tsunami-tsunami yang terjadi di Tinambung 1967, Sulteng 1968, Majene 1969 dan Mamuju 1984 diakibatkan aktifitas zona bukaan yang terletak di Selat Makassar.
Aktifitas zona sesar Palu-Koro dan sesar Sorong yang melalui Palu, utara Pulau Buru sampai ke selatan Biak telah mengakibatkan empat bencana tsunami yang terjadi di Teluk Tomini 1938, Sana Maluku 1965, Sanana Maluku 1975 dan Toli-toli 1996. Sementara itu tsunami yang terjadi baru-baru ini Biak, diperkirakan akibat aktivitas sesar Sorong atau subduksi lempeng Carolina.
Bencana tsunami yang terjadi di Indonesia diakibatkan gempa-gempa dangkal dan kuat yang terjadi di dasar laut. Gempa-gempa tersebut mempunyai kedalaman bervariasi antara 13 sampai 95 km, magnitudo 5,9 sampai 7,5 SR, intensitas gempa antara VII sampai IX dalam skala MMI (Mo-dified Mercalli Intensity) dan jenis pensesaran gempa yang dominan adalah sesar naik.
Tinggi gelombang tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4-24 m dengan magnitudo tsunami berkisar antara 1,5-4,5 dalam skala Imamura. Sementara itu, jangkauan gelombang tsunami ke daratan berkisar antara 50-200 m dari garis pantai
source: www.acehdisaster.blogspot.com