Laporan Singkat Bencana Situ Gintung


Laporan singkat hasil pemeriksaan Tim Tanggap Darurat bencana banjir bandang di daerah Situ Gintung, Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, sebagai berikut :

1. Lokasi dan waktu kejadian :

Lokasi bencana banjir bandang (debris flow) terjadi di Situ Gintung, Kampung Situ Gintung, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, terjadi hari Jumat tanggal 27 Maret 2009, sekitar jam 04.30 WIB.

2. Jenis bencana :
Jenis bencana berupa aliran bahan rombakan (debris flow) yang terjadi akibat jebolnya tanggul Situ Gintung, akibat pengaruh jebolnya tanggul selebar ± 65 m, yang diikuti dengan gerakan tanah (longsoran) pada gawir tanggul dengan panjang antara 3 - 7 m, lebar antara 3 - 8 m, tinggi gawir antara 1 - 2,5 m dan arah gerakan tanah N 2780 E, N 2830 E dan N 720 E. Secara umum arah aliran banjir bandang (debris flow) adalah N 410 E

3. Dampak bencana :

Berdasarkan data dari Satkorlak PB Provinsi Banten di lokasi bencana, pada hari Sabtu 28 Maret 2009 jam 16.15 wib sebagai berikut :
  • 82 orang meninggal dunia, 103 orang hilang, 179 orang luka-luka,
  • 250 buah rumah rusak .
4. Kondisi daerah bencana :
  • Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Kejadian Gerakan Tanah/Tanah Longsor pada bulan Maret 2009 (Badan Geologi), daerah bencana termasuk dalam Potensi Gerakan Tanah Sangat Rendah.
  • Morfologi daerah bencana berupa daerah yang relative datar dengan lembah Situ Gintung. Daerah hilir berupa lembah relative bergelombang lemah yang dibatasi oleh lereng terjal (tanggul situ). Daerah ini merupakan lembah aliran sungai Pesanggrahan yang secara umum merupakan lembah yang relative datar.
  • Batuan dasar daerah bencana berupa batu pasir lempungan, berwarna coklat hingga coklat keabuan, berukuran pasir kasar hingga lempung, kurang kompak, terpilah jelek – sedang. Timbunan tanggul berupa lempung lanauan, berwarna coklat kemerahan, lunak, kurang kompak, plastisitas sedang; sedangkan endapan sedimen situ Gintung berupa lumpur, berwarna abu-abu hingga abu-abu kecoklatan, sangat lunak.
  • Tata lahan daerah bencana berupa waduk (situ), pemukiman, dan kebun campuran. Situ Gintung terletak di tengah yang di kelilingi oleh pemukiman penduduk dan dijadikan sebagai obyek wisata. Pemukiman penduduk yang padat terutama terletak di daerah hilir dari waduk (situ) sedangkan di sekitar waduk cukup padat dengan perumahan, perkantoran, bangunan sekolahan dan aktivitas penduduk.
  • Kondisi keairan daerah bencana berupa aliran air permukaan cukup besar dari sungai Pesanggrahan (tempat situ Gintung) terutama pada waktu musim hujan.
5. Faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan karena:
  • Hujan lebat yang berlangsung lama dengan curah hujan yang tinggi di daerah hulu, mengakibatkan volume air danau bertambah besar, sementara pintu air pembuang (outlet) dan saluran pembuangan tidak berfungsi secara optimal menyebabkan air melimpas melalui mercu(permukaan) tanggul (over topping).
  • Adanya retakan-retakan pada tubuh tanggul sebelum terjadi bencana (informasi penduduk di bawah tanggul Situ Gintung) menyebabkan munculnya rembesan-rembesan air yang terjadi sebelum terjadinya bencana (informasi penduduk di bawah tanggul),
  • Limpasan air pada mercu tanggul yang meresap ke dalam tubuh tanggul menyebabkan tanah tanggul menjadi jenuh air sehingga kohesi menjadi kecil, tanah tanggul menjadi gembur dan tahan geser menjadi berkurang.
6. Mekanisme terdjadinya bencana banjir bandang di daerah ini adalah:

Adanya air limpasan yang meresap ke dalam tanah timbunan tanggul yang sudah retak-retak sebelumnya dan bersifat agak sarang, menyebabkan kandungan air dalam tanah pembentuk tanggul menjadi jenuh dan beban tanggul menjadi meningkat berat, akibatnya nilai kohesi menjadi kecil dan tahanan gesernya berkurang. Oleh sebab itu sifat fisik tanah timbunan menjadi gembur, dan dipicu dengan adanya tekanan/gaya dorong masa air yang besar dari Situ Gintung, maka tanah timbunan tanggul mencari kesetimbangan baru, maka bending menjadi jebol/longsor. Masa tanah pembentuk tanggul bercampur air menggerus tanah/batuan di bawahnya dan mengalir sebagai aliran bahan rombakan (air bercampur lumpur) yang menerjang dan merusak semua yang dilaluinya.


7. Rekomendasi :
  • Lakukan pembersihan sisa-sisa material banjir bandang di lokasi bencana,
  • Apabila terjadi hujan deras, tanah pada lokasi tanggul yang jebol masih mempunyai potensi terjadi longsoran-longsoran, masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sepanjang aliran S. Pesanggrahan perlu meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat jangan bertempat tinggal/beraktivitas di alur lembah sungai.
  • Pada saat ini pemukiman dan aktivitas masyarakat di sepanjang lembah aliran S. Pesanggrahan (terutama di hilir Situ Gintung) beresiko tinggi terhadap bahaya banjir bandang susulan.
  • Penghijauan dengan tanaman yang berakar kuat dan dalam pada daerah hulu sungai Pesanggrahan dan sekitarnya (hulu Situ Gintung),
  • Pada masa yang akan datang untuk menghindari dan mengurangi resiko bencana terhadap permukiman dan aktivitas penduduk disekitar Situ Gintung perlu adanya penataan tata ruang di daerah sekitar Situ Gintung dan lembah Sungai Pesanggrahan dengan menyertakan analisis resiko bencana sesuai amanat UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
  • Apabila tanggul Situ Gintung akan dibangun kembali perlu dilakukan penyelidikan geologi teknik dan mekanika tanah secara rinci. Untuk tanggul (as waduk) meggunakan bangunan beton (concrete) dengan pondasi hingga mencapai batuan dasar.
  • Laporan ini dapat di download di www.vsi.esdm.go.id.

peta Topografi gerakan tanah pada tanggul situ gintung. warna biru: daerah genangan situ gintung, arsiran hitam: aliran banjir lumpur, arsiran biru: daerah genangan air



sumber: http://portal.vsi.esdm.go.id.