Gempa Mengguncang Banten



PANDEGLANG - Gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) terjadi di Ujung Kulon, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, pukul 16.53 WIB, kemarin (16 Okt 2009). Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, menyebutkan, pusat gempa berada di 6,79 Lintang Selatan-105,1 Bujur Timur, atau 45 kilometer barat laut Ujung Kulon, dengan kedalaman 10 kilometer. Selain dirasakan di semua wilayah Banten, guncangan gempa juga terasa di Jakarta, sejumlah daerah di Jawa Barat, dan Lampung.

Gempa yang berlangsung sekitar 30 detik itu, telah merusak sejumlah bangunan di sejumlah wilayah di Kabupaten Pandeglang. Bangunan rusak berat akibat gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) yang berpusat di Ujung Kulon, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Jumat (16/10), bertambah menjadi 27 bangunan. Rinciannya, 23 rumah dan empat fasilitas umum (fasum).

Rumah-rumah yang rusak tersebar di beberapa daerah, seperti 16 rumah di Kecamatan Sukaresmi, 5 rumah di Kecamatan Muncul, dan 2 rumah di Kecamatan Pandeglang. Sementara empat fasum yang rusak antara lain, SDN 1 Sukalangu, Kecamatan Saketi, Asrama Yayasan Panti Asuh Al-Iqro, Kecamatan Panimbang, dan 2 musola di Kecamatan Sukaresmi.

Selain mengakibatkan kerusakan sejumlah bangunan, guncangan gempa juga membuat masyarakat pesisir laut di Kecamatan Sukaresmi, Panimbang, dan Sumur, panik. Sore kemarin, puluhan warga dikabarkan telah berkemas menyiapkan perbekalan untuk mengungsi karena khawatir ada gempa susulan yang diikuti tsunami. “Warga benar-benar panik saat gempa. Seluruh warga berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri,” ujar Dedi Rohendi, warga Kampung Sukarame, Desa Sukalangu, Kecamatan Saketi, kepada Radar Banten, tadi malam.

Junaedi, tokoh masyarakat Kelurahan Pandeglang mengungkapkan, rumah Udin Bahrudin (54) dan rumah milik Jaya, warga Kampung Kadu Tokek, RT 01/RW 14, Kelurahan Pandeglang, ambruk beberapa menit setelah getaran gempa kedua berhenti. Begitu juga dengan yang disampaikan Kades Gunungbatu, Kecamatan Muncul Carsam. Kata dia, ada lima rumah ambruk akibat gempa. Pertama tiga rumah di Kampung Cisampur milik Udin, Iton dan Amir, dan kedua, rumah milik Bojin dan Sabda warga Kampung Sawah Hilir.

Warga Siap Mengungsi

Sementara di Kecamatan Sumur, kurang lebih 20 KM dari pusat gempa dikabarkan tidak ada rumah ambruk Kecuali kondisi warga yang siap-siap untuk mengungsi. Getaran gempa yang terjadi pada pukul 16.53 WIB dirasakan sangat besar. Getaran datang dua kali, pertama getaran kecil dan sebentar, sementara getaran yang kedua cukup besar dan waktunya agak lama.

Sementara Briptu Galih Permana, Kepala Pos Polairud Wilayah Sumur, Cemara, dan Taman Jaya yang dihubungi via telepon menerangkan, kondisi permukaan air laut masih stabil. “Situasi di sini masih kondusif. Bahkan ada beberapa nelayan yang masih melaut,” katanya. Saat gempa terjadi banyak warga Sumur yang sedang berjalan kaki banyak yang berjatuhan. “Kami merasakan goncangan yang kuat selama sekitar 1 menit,” jelas warga Tamanjaya, Sumur, Kamaludin.

Dihubungi terpisah, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Agus Priambudi mengatakan, getaran gempa terasa cukup keras namun tidak ada korban jiwa. Kata dia, pada saat gempa ombak laut di sekitar pantai sempat naik satu meter. “Tapi semuanya aman. Pengunjung tak terganggu, termasuk nelayan. Begitu ada gempa kami langsung mengontak petugas yang sedang jaga di pos TNUK,” ungkap Agus. Gempa itu terasa di seluruh selatan dan pantai Pandeglang.

Berdasarkan keterangan Camat Cibaliung Mustandri, terdapat sejumlah rumah warga yang gentengnya jatuh. Ada juga yang retak-retak tetapi tak terjadi kerusakan berarti. Pada saat gempa warga sempat berhamburan keluar rumah karena khawatir rumahnya roboh. “Yang rusak parah enggak ada. Hingga kini kami masih melakukan monitoring di lapangan untuk memantau kejadian ini. Aparat desa juga melakukan monitoring,” jelas Mustandri.

Pada bagian lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) belum mendapat informasi mengenai korban akibat gempa. Laporan sementara kondisi di sekitar Ujung Kulon terkendali. “Belum ada laporan mengenai korban. BNPB di Ujung Kulon hanya bilang merasakan gempa saja,” kata Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Priyadi Kardono. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan, Rustam S Pakaya. “Aman,” katanya singkat.

TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI

Lembaga pengamat gempa Amerika Serikat (USGS) mencatat kekuatan gempa kemarin bermagnitude 6,5 dan tidak berpotensi tsunami. Prediksi USGS juga identik dengan data BMKG yakni lokasi gempa berada di 6,69 LS dan 105,15 BT. Lokasi gempa 185 kilometer barat Jakarta atau Sukabumi serta 135 kilometer lepas pantai Teluk Betung, Lampung. Gempa berpusat di kedalaman 55,6 kilometer dari permukaan laut. “Gempa kali ini tidak berpotensi tsunami jadi kami sempat mengimbau agar warga di pesisir tidak panik,” kata Kepala BKMG Fauzi di Jakarta.

Getaran gempa yang dirasakan sampai di Jakarta itu membuat sebagian warga Jakarta panik, terutama karyawan yang bekerja gedung-gedung tinggi. Hal itu terkait dengan suasana traumatik akibat dampak gempa yang terjadi di Padang, Sumatera Barat. Pengunjung pusat-pusat perbelanjaan juga tampak panik dan menghambur ke jalan raya. Akibatnya, sejumlah jalan arteri di komplek perkantoran seperti di Sudirman-Thamrin dan kompleks bisnis Mega Kuningan tampak dipenuhi orang-orang yang menghindari ancaman gempa.

BMKG mencatat banyaknya gempa yang terjadi diakibatkan kondisi geografi Indonesia berada dalam pertemuan sejumlah lempeng tektonik besar yang aktif bergerak di mana setiap pergerakan lempeng berpotensi mengakibatkan gempa bumi. Hasil interaksi lempeng-lempeng tersebut menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa geologi, salah satunya kegiatan magmatik dan terbentuknya zona-zona kegempaan dengan intensitas tinggi.

Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan (PPK-Depkes) mengumumkan dampak gempa berkekuatan 6,4 SR hanya menimbulkan sedikit sekali kerusakan infrastruktur milik penduduk. “Di Kecamatan Sumur, Pandeglang, tempat episentrum aman hanya atap genting melorot, dan jatuh,” kata kepala PPK Depkes Rustam Pakaya.

Rustam menambahkan daerah-daerah lain yang dekat dengan lokasi pun, seperti Kabupaten Lebak, Serang, dan Tangerang, dalam kondisi yang aman. Gempa itu juga dirasakan sebagian besar warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, namun kata Rustam, tidak tercatat ada kerusakan dan korban jiwa. “Tidak ada, karena masih dalam level aman.” Pungkas dia.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Dr Surono mengatakan, gempa yang terjadi di Ujung Kulon belum terlihat memengaruhi aktivitas Gunung Anak Krakatau. “Pantauan kami belum ada aktivitas yang cukup berarti di Anak Krakatau,” katanya.

Dia mengatakan, gempa itu terasa cukup kuat di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Pasauran, Anyer. Pengamat di sana, tuturnya, mencatat sudah terjadi 2 kali gempa susulan. Tidak adanya aktivitas mencolok pasca gempa, membuat lembaga itu tetap mempertahankan status gunung.

Status gunung itu terus naik turun antara Level II (Waspada) ke Level III (Siaga) sejak 2007 lalu. Terakhir gunung itu dipatok dalam status Level III sejak 6 Mei 2009. Sejak menyandang status itu, warga diminta menghindari radius 2 kilometer dari puncak gunung itu. Surono mengatakan, kendati aktivitas gunung itu naik warga diminta tidak panik. Daerah bahayanya tidak akan meluas. “Paling sampai radius 2 kilometer daerah bahaya, penduduknya tidak ada (di lingkup itu),” katanya.

Menurutnya, gempa yang terasa cukup kuat itu kecil kemungkinan merusak. Dia beralasan, struktur tanah di selatan Banten itu berbeda dengan wilayah selatan Jawa Barat yang mirip dengan struktur tanah di Sumatera Barat. Di wilayah selatan Banten sebagian besar bukan terbentuk dari endapan aluvial yang memiliki efek menguatkan goncangan gempa. “Sementara di selatan Jawa Barat serta sebagian Sumatera Barat struktur aluvialnya relatif tebal,” pungkasnya.

sumber: Radar Banten