Gempa Bumi dan Richter

Oleh: John Chaidir


Gempa bumi adalah getaran yang terjadi pada permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut (Gempa Bumi di Yogyakarta, Gempa Bumi di Tasikmalaya, Gempa Bumi di Padang, dsb). Kulit bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan kulit bumi itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan

Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan tektonik pada kulit bumi seperti layaknya gelang karet yang ditarik penuh dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi di dasar permukaan bumi. Untuk memudahkan berapa sih tebalnya permukaan bumi terhadap diameter bumi secara keseluruhan, adalah seperti ukuran tebal kulit apel terhadap apel itu sendiri.

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan pada kulit bumi yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik bendungan, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh : pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain). Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah.

Dua hari lalu (29 September 2009) terjadi gempa bumi dengan pusat guncangan (episentrum) terdekat di Kota Padang dan Pariaman (Sumatera Barat) pada skala 6,5 Richter. Disusul sehari kemudian (1 Oktober) terjadi gempa bumi di Sungai Penuh (Kerinci) Provinsi Jambi dengan skala 7,0 Richter. Pada selang dua hari tersebut, telah terjadi lima kali gempa di wilayah barat Sumetera tersebut pada Skala Richter 5,1 hingga 7,0. Saat penulis membuat tulisan ini, diperkirakan masih terjadi gempa susulan hari ini menurut sumber dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), sedangkan korban yang tewas saat ini telah mencapai jumlah 529 orang dan ribuan lainnya saat ini masih tertindih dibawah reruntuhan bangunan.

Sebelumnya, pada Tanggal 2 September 2009, gempa bumi terjadi dengan episentrum di wilayah barat daya Tasikmalaya, dengan Skala Richter 6,3. Sejak gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Wilayah Aceh Darussalam, Masyarakat Indonesia telah akrab dengan istilah Skala Richter, untuk menentukan daya guncangan dari gempa bumi.

Richter mengembangkan skala untuk mengukur kekuatan gempa bumi pada Tahun 1935 yang kita kenal saat ini sebagai Skala Richter. Skala untuk mengukur kekuatan gempa bumi itu sendiri telah diperkenalkan terlebih dahulu oleh de Rossi pada Tahun 1880-an dan Giuseppe Mercalli pada Tahun 1902, namun keduanya masih menggunakan skala berdasarkan tingkat kerusakan bangunan setelah terjadi gempa bumi. Tentu saja ini hanya bisa diterapkan di tempat yang ada bangunannya dan sangat tergantung dari jenis material konstruksi, pondasi yang dipergunakan, arsitektural, ketinggian dari bangunan, dsb.

Sekilas riwayat Richter :

Charles Francis Richter (dilahirkan di Hamilton, Ohio, Amerika serikat pada Tanggal 26 April 1900) adalah Ahli Seismologi dari Amerika Serikat. Beliau menyelesaikan kuliah doktoral (S3) nya di Institute Teknologi Kalifornia pada Tahun 1928. Mula-mula bekerja pada Institut Carnegie (1927-1936), akhirnya bekerja di Institute Teknologi Kalifornia, tempat dia belajar dulu, dan diangkat menjadi professor pada Bidang Seismologi pada tahun 1952.

Seismologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu seismos yang berarti getaran atau guncangan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Singkatnya : Seismologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari fenomena getaran pada bumi, atau secara sederhana adalah ilmu mengenai gempa bumi. Seismologi merupakan bagian dari Ilmu Geofisika.

Gempa bumi besar yang terjadi pada Tanggal 1 November 1755 di Lisboa, Portugal, meremukan seluruh isi kota dan memicu tsunami besar, dapat dicatat sebagai tonggak awal pemicu perkembangan seismologi modern. Sementara itu, Kepulauan Vulkanik Krakatau yang berada di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatra, meletus pada Tanggal 26 - 27 Agustus 1883, sehingga kepulauan itupun kini sirna. Letusan gugusan Gunung Krakatau sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai Tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusannya terdengar sampai di Alice Springs (Australia) dan Pulau Rodrigues (dekat Afrika) yang berjarak 4.653 kilometer dari Selat Sunda. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang pernah diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia (barat Indonesia) hingga New York (timur Indonesia). Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.

Persiapan menghadapi gempa bumi

Jatuhnya korban gempa bumi bisa disebabkan beberapa hal, semisal air yang melimpah dan merusak akibat efek tsunami, kebakaran, terkena short-circuit aliran listrik, lahar panas dari letusan gunung berapi, tertimbun longsoran terimbun runtuhnya bangunan/infrastruktur, akibat penyakit jantung yang akut, dsb.

Berikut tips dari penulis untuk menghadapi bencana gempa bumi secara ideal yang belum tentu penulis sendiri bisa melakukannya.

A. Persiapan pada keadaan darurat :

1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi. Tempat berlindung yang aman adalah tempat yang yang dapat melindungi anda dari benda-benda yang jatuh, misalnya di bawah meja besi.

2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol air mineral dapat digunakan untuk menyimpan air minum. Kebutuhan air minum biasanya 2 sampai 3 liter sehari untuk satu orang.

3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat dibutuhkan di tempat pengungsian. Barang-barang yang sangat diperlukan dalam keadaan darurat misalnya :
a. Lampu senter berikut baterai cadangannya.
b. Air minum, kotak P3K berisi obat menghilangkan rasa sakit, plester, pembalut dan sebagainya
c. Makanan yang tahan lama seperti biskuit dan mie instant
d. Sejumlah uang tunai
e. Buku tabungan
f. Korek api
g. Lilin
h. Helm
i. Pakaian dalam
j. Barang-barang berharga yang harus dibawa di saat keadaan darurat

4. Mengencangkan mebel yang mudah rubuh (seperti lemari pakaian) dengan langit-langit atau dinding dengan menggunakan logam berbentuk siku atau sekrup agar tidak mudah rubuh di saat terjadi gempa bumi

5. Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan di saat gempa bumi dengan memilih kaca yang kalau pecah tidak berserakan dan melukai orang atau dengan menempelkan kaca film

6. Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit yang terdekat. Jika pemerintah setempat tidak mempunyai tempat evakuasi, pastikan anda tidak pergi ke tempat yang lebih rendah atau tempat yang dekat dengan pinggir laut/sungai untuk menghindari tsunami

B. Tindakan Ketika Terjadi Gempa Bumi :

1. Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat elektronik yang dapat menyebabkan timbulnya api, lebih baik jika pusatnya yang dimatikan. Jika terjadi kebakaran di dapur, segera padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Jika tidak mempunyai pemadam api gunakan pasir atau karung basah

2. Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung

3. Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau radio

4. Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda berada, segeralah mengungsi ke tempat pengungsian terdekat

5. Tetap tenang dan tidak terburu-buru keluar dari rumah atau gedung. Tunggu sampai gempa mereda, dan sesudah agak tenang, ambil tas ransel berisi barang-barang keperluan darurat dan keluar dari rumah/gedung menuju ke lapangan sambil melindungi kepala dengan helm atau barang-barang yang dapat digunakan untuk melindungi kepala dari benturan reruntuhan.

6. Jika anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhati-hatilah terhadap papan reklame yang jatuh, tiang listrik yang tiba-tiba rubuh, kabel listrik, pecahan kaca, dan benda-benda yang berjatuhan dari atas gedung

7. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama

8. Jika gempa bumi terjadi pada saat anda sedang menyetir kendaraan, jangan sekali-kali mengerem secara mendadak atau menggunakan rem darurat. Kurangilah kecepatan secara bertahap dan hentikan kendaraan anda pada bahu jalan. Jangan berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel bertegangan tinggi, atau di bawah jembatan.

Penutup :

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak untuk menciptakan sesuatu, maka cukuplah Dia hanya mengatakan kepadanya : "Jadilah !". Lalu jadilah ia. (Surah Al- Baqarah ayat 117)

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata. (Surah Al An aam ayat 59)

Catatan :
Bagi pelanggan Telkomsel yang ingin menyumbang korban Gempa Bumi di Sumatera ketik SUMBANG lalu sms ke nomor 5000. Sumbangan Rp. 5.000,- akan disalurkan sepenuhnya melalui Palang Merah Indonesia (PMI).

Bandung, 2 Oktober 2009
Dari catatan penulis dan data dari berbagai sumber

sumber: Catatan Hj. Ratu Tatu Chasanah dalam Facebook nya.